Kadang kita mudah ngejudge kalo gambar ada yang jelek dan ada yang bagus. Ternyata, gambar yang jelek adalah gambar yang bagus menurut beberapa ahli loh! Masyarakat saat ini punya persepsi dalam hal kartun soal gambar yang jelek atau kurang menarik untuk diliat. Gambar kartun yang dimaksud ga cuman di teleivis aja, tapi juga di koran, komik, majalah, dan media-media lainnya.
Saat ini ada pendapat yang kurang tepat tapi seakan-akan udah mandarah daging di masyarakat Indonesia. Hal ini berakitan soal penikmat kartun yang katanya hanya dari usia anak-anak. Kalo ada orang dewasa yang menyukai kartun sekalipun, mereka bakal dianggep sebagai orang tua yang sifatnya kekanak-kanakan.
Kartun seakan jadi barang yang “haram” untuk dinikmati sama orang dewasa saat ini. Hal ini juga pernah kejadian tahun lalu ketika Tanah Air digoncangkan sama opini beberapa pihak yang mengkritik hobi Presiden Joko Widodo membaca komik Doraemon.
Dua orang kartunis expert yaitu Bang Rahadian dan Thomdean sepakat untuk menyetujui kalo kartun bukan cuman untuk anak-anak aja. Kartun ini dianggap sebagai medium atau sarana untuk penyampaian pesan yang bahkan kadang-kadang pesan ini cuman bisa ditangkep maknanya sama orang dewasa dan dianggep lucu sama anak-anak biasa. Orang dewasa juga bisa menjernihkan pikiran sejenak setelah penat seharian kerja dari kartu-kartun ini.
Hal ini sebenernya pernah dibahas dan jadi bukti yang cukup konrkit dalam acara seminar daring berjudul “KELAKARtun: Kenalan Dengan Kartun” yang dilaksanakan oleh Institut Humor Indonesia yang sekarang dikenal sebagai IHIK3. Webinar tersebut diikuti oleh kalangan dari berbagai usia mulai dan profesi mulai dari akademisi, seniman profesional, karyawan anak remaja usia 16 tahunan hingga orang dewasa dari umur 60 tahun ke atas.
Topik lainnya yang juga menjadi sorotan di KELAKARtun adalah sumber inspirasi. Seseorang yang bergerak di dunia kartun terutama pemula sebenernya ga harus muluk-muluk mikirin soal ide atau gagasan ynag jauh dari lingkungan kita. Kita harus mengenal diri kita, lingkungan hidup kita, kehidupan sehari-hari, interaksi kita dengan orang lain, dsb. Bebeng menambahkan kalo bikin kartun itu harus dari hal-hal yang deket sama kita karena dari pemikiran sederhana kita baru bisa mikir hal lain yang lebih besar.
Mitos lain yang juga dibahas dalam KELAKARtun adalah soal “gambar yang jelek adalah gambar yang bagus”. Beng menyatakan bahwa gambar yang dibuat seniman sering ngerasa jelek, tapi karena ini pekerjaan jadi yaudah dikumpulin aja dan ternyata banyak orang nilai gambarnya bagus.
Beng menambahkan kalo ngegambar itu ada tekniknya dan salah satu teknik paling bagus adalah sering-sering aja ngeliatin gambarmu ke orang lain untuk diapresiasi. Soal jelek ato nggaknya itu cuman perkara rasa aja dan bukan jadi alasan untuk mulai belajar ngegambar.
Thomdean menyebutkan bahwa dalam hal ngegambar, faktor “bagus” itu bukan jadi yang utama. Hal utama dalam kartun itu soal ngomong apa, bukan mau gambar apa. Maksudnya, dalam sebuah kartun yang diperhatikan bukan soal gambarnya tetapi makna atau pesan yang ingin disampaikan dari kartun tersebut.
Beng dan Thomdean membuat sebuah game untuk rasa percaya diri dalam mengambar sambil mengasah kreativitas. Game di acara KELAKARtun tersebut mengharuskan peserta mengambar wajahnya dalam bentuk 5 goresan tanpa melihat cermin atau kaca apapun.
Kemampuan mengubah karakter diri ke gambar sederhana ini sebenernya jadi salah satu skill utama yang harus dimiliki semua kartunis. Gambar yang dihasilkan ga harus bagus atau apapun dan yang penting adalah esensi dari gambar tersebut. Latihan ini berfungsi buat melatih otak kanan yang lebih berfungsi dalam hal imajinasi meski seringkali otak kiri yang terlalu dominan dipakai untuk kegiatan sehari-hari termasuk kreativitas.
Games ini menambah keseruan acara di Sabtu tersebut. Para peserta ga cuman dapet kesempatan untuk dengerin Beng dan Thomdean aja, tapi juga mendapatkan feedback langsung tentang hasil karya mereka. Andre adalah salah satu peserta yang merupakan seorang dosen di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta. Dia menyebutkan bahwa acara tersebut sangat bermanfaat yang meskipun bersifat santai, tetapi ada ilmu-ilmu berharga yang dibawakan para pembicara.
“KELAKARTUN : Kenalan Dengan Kartun” adalah acara webinar kedelapan yang diselenggarakan oleh IHIK3 semenjak pandemi COVID-19 terjadi. IHIK3 juga akan menggelar acara lainnya setelah webinar ini selesai dalam bentuk lokakarya daring (online workshop) selama tiga sesi.
Sesi pertama akan dilaksanakan pada tanggal 12 September 2020 pukul 14.00-16.00 WIB dengan acara utama yaitu penggambaran karikatur bersama peserta dan pembicara. Acara selanjutnya yang akan diselenggarakan tanggal 26 September memiliki tema komik strip dan disusul acara selanjutnya tanggal 10 Oktober dalam bentuk gag cartoon pada jam yang sama. Materi-materi akan disampaikan secara maksimal langsung oleh Beng dan Thomdean.
Peserta yang berminat bisa mengikuti acara ini dengan biaya tiap sesinya sebesar Rp100.000 per orang. Pembayaran bisa dilakukan melalui rekening BCA 5660080131 a/n Novrita Widiyastuti. Namun Peserta hanya perlu merogoh kocek Rp250.000 saja kalo pengen mengikuti ketiga kelas alias keseluruhan rangkaian lokakarya. Pendaftaran bisa dilakukan melalui tautan bit.ly/ihik3-kelakartun1 .
Novrita Widiyastut selaku CEO IHIK3 menyatakan bahwa dulu banyak orang tidak punya waktu untuk ngelakuin hal yang disukai, salah satunya adalah menggambar. Hal-hal dan hobi baru mulai dicoba di masa-masa sekarang karena sedang terjadi pandemi. Karena ada waktu luang, mungkin sebaiknya nyoba untuk bikin kartun karena kartun merupakan medium semua orang baik anak-anak sampai orang dewasa yang bisa ngebantu mengekspresikan sense of humor yang kadang susah untuk disampein secara verbal. IHIK3 bakal mencoba untuk membantu menyebarkan virus-virus humor di masyarakat.